Home| Cerpen| Puisi| Ocehan| Lomba| Renungan

Monday, December 29, 2008

Ajaklah Aku mengaji

sore ini cuaca bagus walau ada se tetes dua tetes air yang turun (gerimis) tapi suasana nya enak dan bersahabat, setelah mandi ku sambar sepeda motor bututku yang jika mau di hidupkan mesin nya, suara raungannya seperti harimau menemukan mangsa..tapi aku tetap sayang sama sepeda motor bututku itu, karena cuma dialah harta benda berhargaku..peninggalan ayah 2tahun yang lalu.

sore itu ku bersiap ngacir, karena sudah janjian sama teman-teman badungku untuk membikin onar di terminal yang tak jauh dari rumahku dan memalaki (meminta dengan paksa) uang dari para pedagang kaki lima yang banyak jumlahnya, dan aku sangat yakin bahwa mereka pedagang kaki lima tak akan ada yang berani melawan kami, karena kami termasuk sekumpulan anak-anak muda yang super bandung dari yang terbadung sekalipun, kami tak segan merampas bila keinginan kami tak di penuhinya secara baik-baik, itulah gambaran diriku se utuhnya

tapi sore ini aku tak jadi pergi, karena berita yang mendadak dan membuatku lemas, jangankan untuk melangkahkan kaki, untuk sekedar menggeserkan tubuhku pun aku tak sanggup, inilah pertama kali ku di landa cemas tiada terhingga, berita yang heboh itu di siarkan langsung dari Mushola dekat rumahku, dengan suara terbata-bata melalui pengeras suara orang di dalam masjid itu mengucapkan salam terlebih dahulu "Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu, bapak-bapak, ibu-ibu dan seluruh warga desa yang terhorat, di mohon sejenak mendengar pengumuman ini, "Innalillahi Wa Innaillaihi Rajiun" bapak sabar salah satu warga desa ini telah meninggal dunia dengan tenang pada jam 16:00, di mohon ke hadiran bapak dan ibu untuk ber Ta'ziah, sekian pengumuman ini atas perhatiannya saya ucapkan trimakasih, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu"

begitulah kira-kira pengumuman yang membuat ku lemas seketika, bagaimana tidak? 3 jam yang lalu aku masih berpapasan sama pak sabar sehabis beliau sholat dzuhur berjama'ah di mushola, tapi sekarang beliau telah pergi menghadap sang Khaliq untuk selama-lamanya, dengan meninggalkan se orang istri dan 4 orang anak yang masih kecil-kecil, sungguh cobaan yang sangat berat yang harus di tanggung Bu sabar, karena mulai saat ini dia harus menghidupi ke empat anak nya

kini diriku berputar selingkaran penuh, tak kurang dan tak lebih aku telah berubah total...memang bener masih seperti biasa aku keluar setelah jam 4 sore, tapi kali ini tujuanku bukan lagi terminal dan club_club murahan lagi, hatiku tak lagi mengajak ke sana ke club-club murahan itu, tapi saat ini hatiku berkata "ajaklah aku mengaji" aku tak malu bertanya walau umurku tak lagi muda, aku ingin berubah dan kembali ke jalan-Nya, aku ingin mencari Ridha-Nya, aku tidak pernah bolos untuk mengaji walau hujan badai sekalipun, Ibuku sangat senang melihatku berubah dan jadi anak yang baik, aku melihat di kedalaman mata Ibuku yang teduh, dari senyumnya yang manis, bahwa dia ingin mengatakan "aku bangga padamu nak, sosonglah masa depanmu yang cerah, secerah sinar matahari di pagi hari, tundukkanlah dunia dengan ke shalehanmu anakku" kira-kira begitulah yang terpantul dari mata teduh Ibuku, dan senyum manisnya

berbeda sekali dengan dulu saat aku masih dalam kebadungan, aku lihat ibu selalu menangis dalam sujud sholat malamnya, aku tau itu karena ibuku selalu menyelimutiku setelah sholat malamnya selesai, tapi sekarang ibu selalu tersenyum saat membangunkanku untuk sholat malam bersama nya, indah bukan?

kini aku bersyukur dengan mengingat kematian aku telah sadar, dan aku kembali ke jalan yang benar, karena aku tahu kematian tak memandang siapapun dan di manapun.

kalau aku telah sadar kembali ke jalan yang benar dengan mengingat kematian, bagaimana dengan anda wahai saudara dan saudariku?

bulan berbagi

02-mei-2008

No comments: