Home| Cerpen| Puisi| Ocehan| Lomba| Renungan

Thursday, February 11, 2010

Aku Perempuan Bercadar

Namaku Najwa..seorang perempuan yang telah menikah dan mempunyai seorang putra yang lucu..hari-hariku sebagai Ibu rumah tangga..mendidik anak dan melayani suami dengan ikhlas dan bahagia..dalam keluarga kami tidak ada yang aneh..walau suamiku menekankan pelajaran agama..tapi dalam mendidik dan sebagai panutan beliau tidak mengekang, dan bila aku memakai cadar itu adalah murni pilihanku, hidup kamipun berbaur dengan masyarakat seperti biasa..bahkan hidup kami bertumpu pada sebuah toko sembako yang berada tepat didepan rumah kami

Pada suatu hari kami kekota untuk kulakan (membeli barang-barang yang akan ditaruh ditoko untuk dijual pada masyarakat) setelah semua barang kami peroleh..dengan bergegas kami segera akan kembali kekampung dengan menaiki Bus..tanpa kami sadari ternyata Bus tidak melewati jalan yang berangkat tadi kami lewati, tapi Bus mengambil jalan memutar hingga tidak melewati depan rumah kami..jadi mau tidak mau kami harus turun dikampung sebelah

Berhubung Adzan maghrib telah berkumandang..kamipun memutuskan untuk kemasjid terdekat dan melakukan sholat..setelah selesai melakukan sholat kami hendak meneruskan perjalanan..namun tiba-tiba entah komando dari siapa..kami telah berada ditengah kerumunan orang-orang, dan barang-barang kami dibongkarnya..kamipun dicerca pertanyaan yang membuat kepala kami pening tujuh keliling..mereka semua mengira dan curiga kami ada hubungannya dengan yang dianggap teroris karena dilihat dari gaya pakaian yang aku gunakan dan yang suami gunakan..Ya Alloh fitnah apa ini..?, bukankah gaya pakaian adalah hak preogatif seseorang..apa lagi yang aku pakai bukanlah hal yang mengumbar aurat

Malam itu kami terus ditanya segala macam hingga akhirnya ada beberapa orang polisi yang menghampiri kami, dan kami digiringnya kekantor polisi untuk dimintai keterangan secara spesifik dan menunjukkan kartu indentitas diri (KTP) kami menjawab pertanyaan dengan lancar karena kami memang tiada kaitan dengan orang yang dianggap oleh pemerintah teroris..namun suamiku sempat dimasukkan kedalam ruangan yang terpisah denganku..dan didekat beliau ada seorang polisi yang menyadang senjata dengan mengacungkan larasnya kearah suamiku..entah disengaja atau tidak..sebagai seorang istri aku tetap mencemaskan keadaan suamiku

Kudengar suamiku menceritakan dengan lancar segala kegiatan yang beliau lakukan..tentang pengajian-pengajian yang beliau ikuti..setelah itu suamiku diperbolehkan keluar dan duduk disampingku kembali..sebagai seorang wanita haiku was-was..hingga airmataku mulai mengambang, segera suamiku mengusapnya dengan lembut dan menggenggam tanganku..barulah aku merasakan kedamaian..hingga jam menunjukkan pukul 23:00 kami belum diperbolehkan pulang..karena mereka akan mendaftar kami dan memphoto copy kartu identitas diri

Tiba-tiba dari arah pintu dibelakangku terdengar suara yang tak asing lagi bagiku "lepaskan mereka..kerena mereka masyarakat biasa yang memilih gaya pakain begitu..ini adalah hak individu, tak usah terlalu dicampuri, tak usah terlalu ada penyelidikan pada orang-orang yang memilih gaya pakaian seperti ini" perintah orang yang baru datang itu kepeda beberapa polisi yang sedang memeriksa kami..sa'at kotoleh ternyata dugaanku benar suara itu tak asing lagi karena sering aku dengar di Tv..iya itu suara Bapak presiden Indonesia, setelah berkata begitu beliaupun berlalu, sebelum berlalu aku sempat menanyakan pada beliau "pak apakah senjata masih berkuasa dinegeri ini..?" Beliau hanya nyengir menanggapi pertanyaanku

No comments: